Harga kroto yang cukup tinggi menyebabkan adanya pencarian kroto secara yang sangat intensif. Dengan menggunakan sebuah galah atau bambu yang panjang yang didesain sedemikian rupa, biasanya para pencari kroto menuju ke pelosok desa atau menuju perkebunan di mana terdapat banyak pohon yang berdaun lebar sebagai tempat bersarang semut ngangrang untuk menghasilkan kroto. Pencarian kroto secara intensif ini secara langsung mengurangi populasi sarang semut ngangrang pada suatu daerah.
Harga kroto dipasaran berkisar antara Rp.80.000-Rp.100.000/kg. Apabila musim hujan atau pasokan kroto mengalami penuruan, maka harga kroto di pasaran akan mengalami lonjakan karena memang para pemasok kroto masih mendapatkannya dari alam.
Besarnya permintaan pasar ini sebenarnya bisa di jawab dengan cara membudidayakan kroto itu sendiri.Akan tetapi cara-cara budidaya kroto ini masih dibilang merupakan sebuah pengetahuan atau ilmu yang langka karena memang masih belum ada yang mau terbuka mengenai cara-cara budidaya semut ngangrang penghasil kroto ini.
Untuk itu wiraternak akan mencoba mengulas tuntas tentang cara budidaya semut ngangrang sebagai penghasil kroto.
Artikel ini dapat di katakan sebagai prolog atau pendahuluan dari artikel Seri Budidaya Kroto yang akan di bagi menjadi beberapa artikel.
Beternak kroto merupakan salah satu budidaya ternak yang masih jarang dilakukan karena memang terbatasnya sumber informasi mengenai teknik dan cara budidaya kroto itu sendiri. Semoga dengan diterbitkannya artikel-artikel Seri Budidaya Kroto dapat memberikan jawaban bagi siapa saja yang berminat beternak kroto untuk menambah pendapatan atau untuk di jadikan penopang perekonomian keluarga.
Semoga bermanfaat