Bentuk Telur dan Pengaruhnya |
Pada unggas yang sama tidak selalu menghasilkan telur yang sama pada setiap periode bertelurnya. Entah itu dari jumlah maupun atau bentuk fisik telur-telur yang di hasilkan. Bentuk telur yang di hasilkan secara fisik atau secara kualitas maupun secara kuantitas dipengaruhi oleh beberapa faktor, diantaranya stress, kandungan nutrisi yang terdapat pada ransum, kesehatan reproduksi indukan baik itu indukan pejantan maupun indukan betina dan umur dari unggas tersebut. Semakin tua umur unggas maka produktifitasnya akan menurun dan umur unggas yang berusia muda sering kali menghasilkan telur-telur yang kurang ideal untuk di tetaskan.
Untuk menetaskan telur, baik itu dengan mesin tetas ataupun penetasan secara alami yaitu dengan dierami oleh indukan, pemilihan telur secara bentuknya sangat di perlukan. Karena bentuk telur yang akan di tetaskan sangat mempengaruhi daya tetas telur itu sendiri. Untuk menetaskan telur-telur ini kita harus melakukan seleksi secara fisik dari telur-telur yang akan di tetaskan.
Bentuk telur secara fisik sangat mudah di bedakan dengan mata telanjang. Ada telur yang berbentuk terlalu lonjong, ada juga telur dengan bentuk yang terlalu bulat. Bentuk telur yang terlalu lonjong atau bulat ini tidak ideal untuk di tetaskan, karena biasanya memiliki daya tetas yang kurang bagus.
Telur dengan bentuk yang terlalu lonjong mempunyai kuning telur yang relatif lebih kecil dibandingkan dengan telur yang normal atau ideal untuk di tetaskan. Sehingga ketika terjadinya pertumbuhan embrio , maka embrio akan mengalami kematian sebelum sampai pada masa akhir penetasan. Hal ini disebabkan karena persediaan kuning telur di dalam telur terlalu sedikit, jadi tidak mencukupi untuk di konsumsi embrio selama masa pertumbuhan di dalam telur. Sehingga ketika menjelang menetas, embrio atau calon anak unggas di dalam telur kekurangan tenaga atau nutrisi dan tidak mampu memecah cangkang telur untuk kemudian mengalami kematian. Bahkan dapat terjadi embrio mengalami kematian sebelum mencapai hari ke 19 masa penetasan.
Sementara telur dengan bentuk yang terlalu bulat memiliki kuning telur yang terlalu besar. Ini kebalikan dengan telur yang berbentuk terlalu lonjong dimana memiliki kuning telur yang kecil atau tidak ideal. Pada telur dengan bentuk yang terlalu bulat, rongga udara yang terdapat di dalam lebih kecil dibandingkan dengan ukuran telur yang ideal. Seperti kita ketahui, kuning telur akan berubah menjadi embrio selama masa penetasan. Ketika kuning telur ini sudah berubah bentuk menjadi embrio, pada telur dengan bentuk yang terlalu bulat, embrio akan kekurangan oksigen karena rongga udara pada kuning telur yang terlalu bulat ini relarif lebih sedikit. Sehingga yang akan terjadi kemudian adalah embrio mengalami kematian sebelum mencapai masa akhir penetasan.
Kalaupun telur yang berbentuk terlalu lonjong atau berbentuk terlalu bulat ini dapat mencapai akhir dari masa penetasan, maka embrio jarang sekali ada yang mampu memecah cangkang telur dengan sempurna. Yang sering terjadi adalah embrio mengalami kematian sebelum cangkang telur dapat di pecahkan.
Pemilihan telur untuk di tetaskan baik itu dengan mesin tetas ataupun ditetaskan secara alami, adalah hal yang mutlak harus di lakukan. Mengingat telur-telur yang tidak lolos seleksi ini dapat kita jadikan telur konsumsi atau dapat kita jual tanpa harus masuk ke dalam mesin tetas atau di erami terlebih dahulu.
Semoga bermanfaat.