Mungkin ada yang menganggap mencatat proses penetasan adalah hal yang tidak perlu di lakukan karena terkesan sepele dan tidak penting.
Tapi di balik pencatatan selama proses penetasan yang terkesan sepele dan tidak perlu dilakukan ini, sebenarnya kita akan mendapatkan banyak informasi yang sangat bermanfaat.
Dengan adanya pencatatan selama proses penetasan,kita akan mendapatkan informasi yang akan membantu kita dalam meningkatkan hasil penetasan pada peternakan kita.
Karena dengan adanya informasi dari dokumentasi penetasan, kita akan mengetahui cara terbaik untuk menetaskan telur menggunakan mesin tetas, selain itu kita juga dapat mengetahui korelasi antara perlakuan indukan penghasil telur tetas, perlakuan pada saat penyimpanan telur tetas dengan fertilitas dan daya tetas telur.
Cara-cara penetasan banyak sekali dibahas di dalam buku-buku dan artikel di internet. Cara penetasan yang membahas cara menetaskan telur, entah itu telur ayam atau telur bebek atau telur burung dan lain-lain, hanyalah bersifat sebagai referensi, sebagai panduan. Karena cara yang terbaik dalam menetaskan telur tetas adalah dengan cara-cara yang kita dapat berdasarkan pengalaman di lapangan.
Hal ini bisa terjadi karena setiap daerah mempunyai suhu atau temperatur dan kelembaban udara yang berbeda. Sehingga untuk mendapatkan hasil tetas yang maksimal, hal yang kita perlukan adalah mencoba secara langsung proses penetasan dengan mesin tetas.
Apabila anda baru pertama kali mencoba menetaskan telur tetas dengan mesin tetas, disarankan menetaskan telur dengan jumlah yang tidak terlalu banyak. Hal ini untuk meminimalisir kerugian akibat tidak menetasnya telur dikarenakan kurangnya pengalaman dalam menetaskan telur.
Pada waktu pertama kali menetaskan telur tetas, dengan penuh percaya diri wiraternak menetaskan telur ayam kampung sebanyak 1500 butir, dan Alhamdulillah yang menetas ada 15 BUTIR. Wiraternak menjadikan pengalaman manis ini sebagai pelajaran terbaik yang benar-benar memberikan pengetahuan mengenai cara-cara menetaskan telur dengan cara yang baik dan benar. Berdasarkan pengalaman dari kegagalan dalam proses penetasan, wiraternak melakukan pencatatan pada setiap proses penetasan, sehingga faktor-faktor penyebab kegagalan di dalam proses penetasan dapat di ketahui, sampai pada akhirnya dalam setiap proses penetesan, telur yang menetas mampu menembus angka 95%. Tentu ini sebuah hasil yang tidak mungkin dapat di raih begitu saja tanpa adanya pengalaman dalam menetaskan telur.
Disamping itu dengan adanya pencatatan selama proses penetasan dalam beberapa kali proses penetasan, kita dapat mengetahui fluktuasi grafik hasil penetasan.
Beberapa hal yang perlu di catat di dalam proses penetasan adalah sebagai berikut:
- Asal telur dari indukan mana.
- Lama waktu Penyimpanan telur tetas.
- Hari, tanggal dan tahun telur tetas di masukkan ke dalam mesin tetas.
- Jumlah telur tetas.
- Tingkat fertilitas.
- Fluktuasi temperatur.
- Daya tetas/ jumlah telur yang menetas.
- Jumlah DOC yang cacat atau embrio mati.
Mencatat atau mendokumentasikan setiap informasi sebelum telur di tetaskan dan selama telur berada di dalam penetasan dapat di katakan sebagai sebuah penelitian yang pada akhirnya akan memberikan kesimpulan yang akurat yang dapat kita jadikan "rumus" di dalam menetaskan telur tetas. Bukankah seorang ahli fisika melakukan penelitian berkali-kali sebelum mendapatkan sebuah kesimpulan yang kemudian di tuangkan ke dalam rumus atau aturan?
Semoga bermanfaat.
0 Response to "Mencatat Proses Penetasan, Perlukah?"
Post a Comment